Akademisi Universitas Gadjah Mada Kunjungi LRT Sumsel, Bahas Sejumlah Isu Strategis

Palembang – Tim akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan kunjungan ke Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan (Sumsel) dalam rangka membahas sejumlah isu strategis terkait operasional dan pengelolaan moda transportasi masal. Kunjungan itu merupakan bagian dari upaya peningkatan kerja sama antara pihak akademisi dan industri dalam mengembangkan sistem transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan di Indonesia.

LRT Sumsel, yang mulai beroperasi pada tahun 2018 sebagai salah satu proyek besar dalam penyelenggaraan Asian Games, telah menjadi bagian penting dari infrastruktur transportasi di Sumatera Selatan, khususnya di kota Palembang. Meskipun begitu, operasional LRT ini masih menghadapi beberapa tantangan, terutama terkait perawatan, pengelolaan aset, dan pengelolaan sistem feeder yang dapat mengoptimalkan mobilitas masyarakat.

Salah satu isu yang menjadi perhatian dalam pertemuan ini adalah mengenai perawatan LRT Sumsel. Sebagai infrastruktur modern yang menggunakan teknologi tinggi, perawatan berkala dan berkelanjutan merupakan hal krusial untuk memastikan LRT Sumsel tetap dapat beroperasi dengan baik. Tim akademisi UGM, yang terdiri dari para ahli di bidang teknik, transportasi, dan manajemen infrastruktur, berdiskusi dengan pihak pengelola LRT tentang tantangan dalam pemeliharaan, mulai dari suku cadang, teknologi perbaikan, hingga pelatihan teknis untuk para tenaga kerja lokal.

Profesor Rifai, salah satu akademisi itu0 menyoroti pentingnya kerja sama antara universitas dan industri untuk menciptakan model perawatan yang efisien. "Kami melihat adanya kebutuhan akan peningkatan sistem manajemen perawatan berbasis data, di mana setiap komponen LRT dapat dipantau secara real-time untuk mendeteksi potensi kerusakan lebih dini. Ini akan mengurangi risiko gangguan operasional dan meningkatkan umur layanan dari infrastruktur yang ada," ujarnya, Jumat (18/10).

Selain perawatan, pengelolaan aset LRT Sumsel juga menjadi isu sentral dalam pertemuan tersebut. Saat ini, LRT Sumsel memiliki berbagai aset penting, termasuk stasiun, peron, pilar, parapet, dan infrastruktur pendukung lainnya. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mengelola aset-aset tersebut secara efisien dan produktif untuk mendukung keberlanjutan operasional LRT dalam jangka panjang.

Hal lain yang menjadi topik diskusi adalah pengelolaan feeder atau angkutan pengumpan yang berperan penting dalam menunjang aksesibilitas LRT Sumsel. Saat ini, masih ada tantangan dalam mengintegrasikan sistem feeder dengan operasional LRT. Kurangnya rute feeder yang terkoordinasi dengan baik seringkali membuat masyarakat kesulitan mengakses stasiun LRT, sehingga mengurangi potensi penumpang.

UGM dalam hal ini menyarankan perlunya studi mendalam untuk mengembangkan jaringan feeder yang lebih efektif, baik dari segi rute, frekuensi, maupun tarif. Mereka juga menyarankan adanya kerja sama dengan pemerintah daerah untuk merumuskan kebijakan yang mendukung integrasi transportasi di Sumsel.

Menurut Suprapto, salah satu akademisi yang terlibat dalam kajian ini mengatakan, peningkatan layanan feeder sangat penting untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan daya tarik LRT sebagai moda transportasi utama. ”Kami akan membantu memberikan rekomendasi teknis yang berdasarkan hasil studi lapangan serta simulasi kebutuhan mobilitas masyarakat,” ungkapnya.

Kunjungan akademisi UGM ke LRT Sumsel ini diharapkan menjadi titik awal dari kerja sama yang lebih erat antara sektor akademik dan industri transportasi di Indonesia. Dengan sinergi ini, diharapkan perbaikan-perbaikan signifikan dapat segera diimplementasikan, baik dalam hal operasional, perawatan, pengelolaan aset, hingga integrasi transportasi.

Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) Rode Paulus menyambut baik masukan dari UGM dan berharap dapat mengaplikasikan beberapa rekomendasi yang telah dibahas. Dalam jangka panjang, kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan pelayanan LRT Sumsel kepada masyarakat serta mendukung pembangunan infrastruktur transportasi yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

Dengan berbagai isu strategis yang dibahas, baik dari aspek perawatan, pengelolaan aset, hingga feeder, kunjungan ini menjadi langkah penting dalam mengembangkan sistem transportasi masal yang lebih modern dan efisien di Sumsel. Ke depannya, diharapkan moda transportasi ini tidak hanya memberikan solusi mobilitas bagi masyarakat, tetapi juga menjadi contoh bagi pengelolaan transportasi publik di kota-kota lain di Indonesia.

Share to:

Berita Terkait: