HUMAS DJKA DAN PERWAHUB KUNJUNGI DEPO DAN OCC LRT SUMSEL
Humas Ditjen Perkeretaapian (DJKA) bersama dengan 15 jurnalis anggota Persatuan Wartawan Perhubungan (Perwahub) mengadakan kunjungan ke Depo dan OCC (operation control center) LRT Sumsel pada rabu (6/12). Mereka tampak begitu antusias, dan sesekali mengajak masing-masing teman nya untuk melihat Depo dan OCC tersebut.
Kunjungan bertajuk press tour tersebut dimulai dari OCC. Satu per satu anggota Perwahub, masuk dan melihat bagaimana OCC, perang kat pengelolaan, hingga monitoring nya. “Jadi ini dia bapak/ibu, pusat kontrol dari pengelolaan LRT Sumsel. Pergerakan kereta, kelistrikan, hingga monitoring gangguan dapat dipantau di sini,” ungkap Staf Seksi Perawatan dan Peningkatan Sarana Prasarana BPKARSS M Rasyid Ridho.
Rasyid memulai penjelasan tentang OCC dengan menunjuk ke arah monitor pantau. “Contoh seperti tanda berwarna merah ini. Itu adalah track yang dialiri listrik. Begitu pun dengan rangkaian kereta, cctv, dan juga operasional yang dilakukan masinis bisa di lihat satu per satu,” tambahnya. Semua stasiun yang berjumlah 13, dapat dilihat mulai dari awal hingga akhir perjalanan.
OCC tersebut, kata Rasyid, dioperasikan oleh 3 petugas setiap sif nya. “Ada tiga sif dalam sehari. Jadi mereka bergantian jaga,” jelasnya. Bilamana terjadi gangguan dan kendala, ketiga petugas ini akan memberikan keputusan terkait tindakan apa yang dilakukan. “Misalnya terjadi mogok, OCC lah yang memandu proses evakuasi. Jadi mereka tidak bisa dievakuasi, kalau tidak ada perintah dari OCC,” katanya.
Dengan kata lain, OCC mirip seperti menara pantau. Ia meradar perjalanan kereta dengan akurat. “Karena OCC ini didesain by system. Jadi listrik nya tidak akan pernah mati,” ungkapnya. Meskipun terjadi mati listrik dalam jangka waktu lama, ada 4 gardu dari 9 gardu yang akan menyokong pasokan listrik LRT Sumsel. “Sehingga tidak terjadi blackout yang membuat kereta sama sekali tidak beroperasi. Kecuali ke-9 nya mati ya,” jelasnya.
Rasyid mengungkapkan, belum pernah ada kejadian serius dalam pengoperasian LRT Sumsel tersebut. Jika pun ada, masih bisa ditangani oleh pihak OCC. “Sifatnya minor. Masalah seperti ini biasa ditangani oleh mereka,” ujar dia.
Sementara itu, salah satu peserta Syamsudin bertanya bagaimana upaya yang dilakukan pihak OCC bila terjadi kendala kereta mogok hingga kelistrikan yang mati. Rasyid pun menjelaskan hal yang sama dengan mengatakan sifat masalah tersebut bisa diatasi dengan kontrol yang kuat dari OCC, serta persiapan cadangan listrik yang memadai.
Sejauh mata memandang, Syamsudin mengaku kagum dengan adanya OCC yang dimiliki oleh LRT Sumsel. Sebab, ini pengalaman pertama nya mendapat ilmu tentang kontrol sistem kereta api yang terpusat. “Saya belum tahu kalau di LRT Jakarta atau LRT Jadodebek seperti ini juga. Tapi, ini sangat canggih,” katanya. Syam berharap, pemerintah terus mengembangkan kontrol perkeretapian yang lebih andal dan sesuai perkembangan zaman.
Komentar
LOGIN UNTUK KOMENTAR Sign in with Google