MAKSIMALKAN LAYANAN FEEDER DI 2024, TARGET PENUMPANG TUJUAN LRT

Salah satu upaya menghidupkan Gerakan Nasional Kembali ke Angkutan Umum (GNKAU) yang digalakkan pemerintah ialah dengan kehadiran feeder. Tujuannya memastikan konektivitas antarmoda. LRT Sumsel sudah menggunakan kendaraan pengumpan tersebut sejak 2023. Dan tentunya di 2024 ini diharapkan semakin baik lagi pengoperasiannya.

Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) Rode Paulus mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan feeder di 2023. ”Terutama soal tujuan akhir dari penumpang feeder. Kita harus memastikan apakah mereka menggunakan nya untuk lanjut pakai LRT atau tidak,” katanya.

Berdasar data, penggunaan feeder belum sepenuhnya optimal. ”Feeder tidak ekslusif untuk tujuan akhir LRT Sumsel,” ujarnya. Dia mencontohkan koridor 3 yang hanya menyerap 18 persen dari total penumpang feeder. Ada pula koridor 4 yang hanya menyumbang 40 persen pengguna feeder yang melanjutkan ke LRT Sumsel. Sementara itu, di koridor 7 hanya menyerap 28 persen.

Dia mengatakan, selama ini penggunaan feeder masih gratis dan terbuka untuk umum. ”Ke depan kita perlu kaji apakah feeder bisa berbayar. Atau pun, penggunaan nya dikhususkan untuk yang naik LRT saja,” ungkapnya. Kajian itu direncanakan melibatkan akademisi dan pemerintah daerah sebagai pemangku kepentingan setempat.

Saat ini ada 7 koridor feeder yang beroperasi. Antara lain, koridor 1 rute Talang Kelapa-Talang Baruk. Koridor 2 rute St. Asrama Haji-Sematang Borang. Koridor 3 Jalan Asrama Haji-Talang Betutu. Koridor 4 Jalan Polresta-Komplek Perum.OPI. Koridor 5 Jalan DJKA-Terminal Plaju. Koridor 6 Jalan RSUD-Sukawinatan. Serta koridor 7 Stadion Kamboja-Bukit Sigantang.

”Sebenarnya dari kajian awal akemisi, harus ada 17 koridor. Namun yang saat ini bisa dioperasikan baru 7. Koridor 1-2 dikelola pemerintah kota Palembang. Sedangkan sisanya dikelola BPKARSS. Semoga ke depan bisa lebih banyak lagi feeder yang beroperasi,” ungkapnya.

Tahun lalu, kata Rode, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan perlunya dilakukan re-routing operasional feeder. Titik nya di area Plaju dan Bukit. ”Kami masih melakukan kajian tentang perlunya dilakukan re-routing di dua titik itu. Tapi berdasar data, memang kawasan tersebut ramai penduduk,” ungkapnya.

Sementara itu, Kasi Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Aditya Yunianto mengatakan, catatan evaluasi pengelolaan feeder ini bisa terus diperbaiki dari waktu ke waktu. Dengan demikian, layanan kendaraan pengumpan tersebut bisa digunakan oleh masyarakat secara tepat sasaran. ”Sehingga persentase pengguna feeder yang naik LRT semakin tinggi,” tuturnya

Share to:

Berita Terkait: