Okupansi LRT Sumsel Konsisten di 13 Ribu, Otoritas Maksimalkan Pelayanan Prima bagi Penumpang

Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan mencatat tingkat okupansi penumpang yang konsisten mencapai 13 ribu penumpang per hari. Angka ini menunjukkan keberhasilan LRT Sumsel sebagai moda transportasi massal yang semakin diminati oleh masyarakat, terutama di wilayah Palembang dan sekitarnya. Pencapaian ini merupakan hasil dari upaya berkelanjutan yang dilakukan oleh otoritas LRT Sumsel untuk memberikan layanan prima kepada penumpang.

Peningkatan okupansi tersebut terjadi secara bertahap sejak pertama kali LRT Sumsel dioperasikan pada tahun 2018. Sebagai salah satu moda transportasi ramah lingkungan, LRT Sumsel diharapkan mampu mengurangi kemacetan serta menurunkan emisi gas rumah kaca yang berasal dari kendaraan pribadi di kawasan perkotaan.

Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) Rode Paulus menyatakan bahwa, pencapaian tingkat okupansi ini merupakan bukti nyata bahwa layanan LRT semakin diterima oleh masyarakat. "Kami terus berupaya menjaga performa operasional kami, mulai dari aspek keselamatan hingga kenyamanan penumpang. Dengan konsistensi 13 ribu penumpang per hari, ini menjadi sinyal positif bagi pengembangan transportasi masal di Sumatera Selatan," ungkapnya, kemarin (1/10).

Dalam upaya mempertahankan dan bahkan meningkatkan jumlah penumpang, otoritas LRT Sumsel tidak tinggal diam. Berbagai inovasi dan peningkatan layanan telah dilakukan untuk memberikan pengalaman terbaik bagi para pengguna. Salah satu langkah penting yang diterapkan adalah peningkatan frekuensi keberangkatan kereta, khususnya pada jam-jam sibuk.

Selain itu, penambahan fasilitas bagi penumpang juga menjadi fokus utama. Penumpang kini dapat menikmati fasilitas Wi-Fi gratis di setiap stasiun LRT, serta adanya penambahan titik-titik penjualan tiket elektronik untuk meminimalisir antrean. Otoritas LRT juga memperhatikan aksesibilitas dengan menyediakan fasilitas ramah disabilitas seperti lift dan eskalator yang memudahkan pergerakan di stasiun.

Layanan kebersihan dan kenyamanan di dalam gerbong juga mendapat perhatian lebih. Tim pembersih rutin melakukan sterilisasi dan pembersihan di dalam kereta untuk memastikan kesehatan dan kenyamanan penumpang, terutama setelah masa pandemi. "Kenyamanan dan kesehatan penumpang adalah prioritas kami, oleh karena itu kami selalu memastikan kebersihan dan sterilisasi dilakukan dengan baik," jelasnya.

Untuk meningkatkan jangkauan, otoritas LRT Sumsel juga merencanakan perluasan jaringan dan rute kereta. Hingga saat ini, LRT Sumsel telah melayani 13 stasiun yang tersebar di wilayah Palembang, mulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hingga Jakabaring. Namun, dengan peningkatan kebutuhan transportasi massal, rute baru menuju kawasan pinggiran Palembang dan beberapa wilayah penyangga di sekitarnya sedang dipertimbangkan.

Keberhasilan LRT Sumsel tidak lepas dari dukungan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bersama Kementerian Perhubungan terus memberikan perhatian dan dukungan dalam hal pendanaan, pengelolaan, serta penyediaan infrastruktur.

Selain dukungan pemerintah, partisipasi masyarakat dalam menggunakan transportasi umum juga menjadi kunci penting. Semakin banyak masyarakat yang mulai beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum seperti LRT. Mereka menyadari manfaat jangka panjang yang ditawarkan, baik dari segi efisiensi biaya, waktu, maupun dampak positif bagi lingkungan.

Dengan tingkat okupansi yang konsisten di angka 13 ribu penumpang per hari, LRT Sumsel menjadi salah satu model keberhasilan transportasi masal di Indonesia. Ke depan, diharapkan angka ini terus meningkat seiring dengan pengembangan jaringan dan peningkatan pelayanan. "Kami berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik. Okupansi yang stabil ini adalah cerminan kepercayaan masyarakat, dan kami akan terus berinovasi agar LRT Sumsel menjadi pilihan utama transportasi masyarakat Sumatera Selatan

Share to:

Berita Terkait: