Multi Tie Tamper : Sarana Perkeretaapian Pemadat Ballast

Grobogan – Balai Perawatan Perkeretaapian mengelola berbagai sarana perkeretaapian, salah satunya sarana yang masuk peralatan khusus Multi Tie Tamper (MTT). Terdapat tiga belas sarana MTT yang masuk dalam perawatan Balai Perawatan Perkeretaapian, yang tersebar di lima provinsi di wilayah Indonesia, meliputi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

 

Multi Tie Tamper menjadi sarana transportasi yang jarang sekali dilihat di jalur rel kereta api. Sehingga jarang masyarakat akrab dengan sarana ini, termasuk jarang mengetahui kegunaan dari sarana yang umumnya berwarna kuning.

 

Secara umum MTT atau disebut dengan tamping machine merupakan salah satu jenis mesin berat yang sangat penting di bidang perawatan jalan rel. MTT berfungsi memadatkan batu-batu yang ada di bawah bantalan (ballast) / kricak. Batu ballast yang ada dibawah bantalan itu akan dipadatkan oleh tamping unit yang ada di MTT.

 

Kereta api dewasa ini semakin menjadi transportasi primadona bagi masyarakat. Semakin meningkatnya lalu lintas perkeretaapian, seiring dengan berjalannya waktu (dalam hal ini erat kaitannya pengoperasian jalur jalan rel tersebut), konstruksi jalan rel mengalami pembebanan dari rangkaian kereta yang lewat di atasnya secara berulang-ulang dan selalu berhubungan dengan cuaca. Hal ini mengakibatkan empat dampak, pertama keausan rel yang diakibatkan oleh gaya jejakan arah lateral dan longitudinal ataupun oleh gaya pengereman, kedua kerusakan alat penambat rel dan bantalan, ketiga menurunnya fungsi ballast baik karena proses pengotoran internal maupun eksternal, empat rusaknya tanah dasar akibat masuknya batu ballast karena beban kereta.

 

Dari semua faktor yang tersebut di atas yang paling dominan atau mudah mengalami kerusakan adalah ballast dan tanah dasar. Ini karena beban yang diterima oleh ballast dan tanah dasar merupakan beban dinamik yang bekerja secara rutin/berkala selama umur pelayanan. Dan ballast adalah material lepas dimana di lapangan pengendalian mutu/kekuatannya agak susah. Sedangkan tanah dasar disetiap lokasi kekuatan daya dukungnya (nilai CBR-nya) bervariasi, dan umumnya pada musim hujan akan mengalami penurunan daya dukungnya.

 

Adapun rel dan bantalan terutama bantalan beton dan baja tingkat kerusakannya relatif sedikit. Hal ini karena rel dan bantalan beton/baja keseragaman kualitas mudah didapat karena rel dan bantalan beton/baja dibuat dipabrik (pabrikasi).

 

Konstruksi jalan rel berfungsi melayani arus lalu lintas kereta dengan nyaman. Kenyamanan sangat erat hubungannya dengan perasaan yang diterima oleh penumpang yang naik kereta, dimana kurang adanya goncangan dan kebisingan dari kereta.

 

Untuk menjaga kondisi jalan rel tetap baik maka perlu diadakan pemadatan ballast secara teratur. Pekerjaan pemadatan dilaksanakan secara teratur yang metodenya disesuaikan dengan jadwal yang sudah direncanakan, dengan beberapa metode yaitu, pertama cara manual, untuk pemadatan cara manual, frekuensi pemadatan dilaksanakan setiap 2 (dua) bulan sekali pada daerah yang sama. Kedua, Metode Mekanis Menggunakan Mesin Pecok Ringan, untuk pemadatan dengan menggunakan Mesin Pecok Ringan, frekuensi pemadatan dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali pada daerah yang sama. Ketiga, Metode Mekanis Menggunakan Mesin Pecok Berat. Untuk pemadatan dengan menggunakan Mesin Pecok Berat, frekuensi pemadatan dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun sekali pada daerah yang sama.

 

Dengan dilaksanakannya pemadatan secara teratur diharapkan umur konstruksi bertambah panjang serta tercipta suasana aman dan nyaman bagi pengguna jasa jalan rel.

 

Metode Mekanis Menggunakan Mesin Pecok Berat. Pemadatan dengan Mesin Pecok Berat ini menggunakan sebuah kereta bermotor dengan generator dan mesin-mesin untuk menggerakkan besi-besi pemadat ballast, alat ini disebut dengan Multi Tie Tamper (HTT).

 

Pemecokan ballast di bawah bantalan dilakukan secara otomatis dengan penggetaran dan penekanan. Dimana pemecokan ini dilakukan tanpa penggorekan ballast terlebih dahulu.

 

 

Pemilihan daerah yang akan dipecok memperhatikan beberapa faktor, a) Pemecokan dengan atesin berat harus dilaksanakan pada panjang daerah yang cukup panjang, tidak dilaksanakan pada daerah yang pendek, dimana untuk daerah yang pendek dapat digunakan mesin pecok ringan (HTT). Kemudian, b) Pemecokan menggunakan mesin berat memberikan kemungkinan hasil yang terbaik dalam hal kualitas dan daya tahannya.

 

Pemecokan menggunakan mesin dalam hal ini adalah sarana perkeretaapian Multi Tie Tamper akan mendapatkan hasil yang optimal jika persyaratan-persyaratan yang ditentukan berikut ini dipenuhi : pertama, lapisan di bawah ballast ( sub ballast ) berada dalam kondisi yang baik, kedua, ballast dalam kondisi bersih, ketiga, material jalan rel (rel dan bantalan) harus dalam kondisi yang baik, alat penambat terkunci dengan baik dan sambungan-sambungan terpelihara dengan baik.

 

Kemampuan kerja Multi Tie Tamper sangat dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas jalan rel. Hal ini disebabkan jalan rel yang ada di Indonesia adalah berjalur tunggal (Single Track) maka Multi Tie Tamper tidak dapat bekerja secara optimal.

 

Tamping unit pada MTT dikendalikan melalui ruang kendali yang dijalankan oleh operator khusus di dalam sarana. Kedalaman pemecokan bisa diatur melalui kabin pengontrol dengan satuan mm yang tentunya agar lebih presisi. Selain dipecok, rel yang ada juga akan di-lifting atau diangkat, gunanya agar bantalan yang berada di bawah rel bisa dipadatkan batu ballast-nya.

 

 

Sebelum dilaksanakannya pemadatan ballast, perlu diketahui terlebih dahulu lalu lintas kereta yang mempunyai jangka waktu yang lama antara kereta yang satu dengan kereta yang lainnya. Pada kondisi normal kemampuan kerja Multi Tie Tamper adalah + 250 - 500 meter/jam.

 

Besarnya goncangan dan kebisingan kereta sangat dipengaruhi oleh kepegasan ballast, sistem pegas kereta dan kecepatan kereta. Kepegasan ballast sangat dipengaruhi oleh kondisi ballast, dimana kalau ballast kotor maka kepegasan ballast berkurang yang berakibat sangat besar. (yogo)

 

 

Zulkarnain, Yanra, Ghofarudin. 1995. Proses Pencucian Dan Pemadatan Ballast Jalan Rel Lintas Yogyakarta-Solo. Tugas Akhir Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Share to:

Berita Terkait: