Pentingnya SOP Sebagai Katalis Pemanfaatan SMN
Grobogan – Direktur Sarana Perkeretaapian, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Suranto inginkan sistem pengelolaan Sarana Perkeretaapian Milik Negara (SMN) yang holistik, khususnya secara spesifik meliputi prosedur terkait mekanisme pemanfaatan SMN. Sistem yang tertulis dan diwujudkan dalam bentuk dokumen SOP (Standar Operasional Prosedur) dan turunannya. “SOP harus ada untuk mendukung pemanfaatan SMN, perhatikan integrasinya, sebab kondisi SMN juga harus dimonitor secara ketat, sehingga SMN dapat digunakan secara lebih optimal”, tegas Suranto. Pejabat yang berwenang atas Sarana Perkeretaapian Milik Negara tersebut, menyampaikan instruksinya ketika kunjungan dinas ke Balai Perawatan Perkeretaaapian, Grobogan, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/2023). Hadir bersama dengan pejabat teras di lingkungan Direktorat Sarana Perkeretaapian, Suranto disambut langsung oleh Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian, M Andi Hary Murty. Pada kesempatan itu, Suranto mengajak jajaran Balai Perawatan Perkeretaapian untuk menginisiasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang berada di bawah pengelolaan Balai agar lebih produktif dalam memberikan kontribusi kepada Negara. “Masalah aset ada dua, pertama aset sudah betul tercatat secara administrasi sebagai BMN, kedua bagaimana agar aset tersebut produktif, salah satu diantaranya bisa dikerjasamakan dengan pihak lain”, terang Suranto. Orang nomor satu di lingkungan Direktorat Sarana Perkeretaapian tersebut, datang bersama Kepala Subdit Kelaikan Wilayah II Catur Wicaksono, Kepala Seksi Pengadaan Sarana, salah seorang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) beserta staf dan jajaran. Pada forum diskusi, Suranto banyak menggali informasi tentang Balai Perawatan Perkeretaapian khusus perihal pengelolaan aset termasuk fasilitas workshop dan sarana perkeretaapian. Sembari bertukar pikiran, nampak upaya Direktur Sarana Perkeretaapian untuk menelisik potensi Balai Perawatan Perkeretaapian yang masih bisa dikembangkan, termasuk mengenai tugas dan fungsi di bidang pemanfaatan aset sektor perkeretaapian tersebut. Banyak pesan yang disampaikan Direktur Sarana Perkeretaapian dalam upaya untuk pemanfaatan aset BMN, kuncinya adalah harus menginventarisasi mekanisme kerja terkait hal tersebut, menjadi dokumen SOP sesuai porsi kebutuhan organisasi dan tujuan yang hendak dicapai. Berkali-kali Suranto menyebutkan terminologi SOP dalam pembicaraan di depan forum. Hal tersebut menunjukkan pentingnya dukungan dan adanya SOP dalam konteks Balai Perawatan Perkeretaapian kekinian. Sebagai informasi Balai Perawatan Perkeretaapian mengelola berbagai aset BMN yang meliputi fasilitas workshop perawatan sarana perkeretaapian, sejumlah unit sarana perkeretaapian, kemudian ada juga peralatan pendukung perawatan sarana perkeretaapian, dan potensi aset lainnya yang dapat mendatangkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Semua fasilitas Balai Perawatan Perkeretaapian telah dibangun untuk menunjang kinerja perawatan perkeretaapian. Dalam pengembangan sesuai master plan yang telah disusun, fasilitas Balai Perawatan Perkeretaapian Workshop Ngrombo akan didukung dengan tambahan fasilitas di beberapa titik di lokasi lain. Selain itu, dalam eksekusi pekerjaan pengelolaan sarana perkertaapian di lapangan harus dilakukan dengan baik, dilakukan dengan semangat perawatan secara optimal. Balai Perawatan Perkeretaapian harus memperhatikan faktor teknis yang berhubungan dengan sarana perkeretaapian yang siap operasi. Direktur Sarana Perkeretaapian menyinggung juga rencana Balai Perawatan Perkeretaapian mengelola Depo KRL Jebres Surakarta sebagai salah satu fasilitas aktif perawatan sarana perkeretaapian. Untuk itu Balai Perawatan Perkeretaapian dituntut untuk harus menggali potensi yang dimiliki berkaitan dengan pengelolaan layanan jasa perawatan sarana di sektor perkeretaapian. Melihat instruksi Direktur Sarana Perkeretaapian, Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian M Andi Hary Murty, menyampaikan beberapa upaya yang telah dilakukannya sebagai upaya merespon permintaan Direktur Sarana Perkeretaapian tersebut, satu diantaranya pihaknya telah melayangkan usulan perubahan atau penyempurnaan peraturan menteri yang berkaitan dengan struktur organisasi Balai Perawatan Perkeretaapian. “Tadi Bapak menyampaikan pentingnya penyusunan SOP khususnya tentang pemanfaatan SMN, bahwa Balai Perawatan Perkeretaapian telah mengusulkan ke Sesditjen Perkeretaapian untuk perubahan beberapa klausul tusi Balai, dan penyesuaian struktur organisasi khususnya di organ unit kerja seksi perawatan sektor perkeretaapian”, jelas Andi menanggapi arahan Direktur Sarana Perkeretaapian pada sesi diskusi di Aula Kantor Balai Perawatan Perkeretaapian sebelum pelaksanaan kegiatan peninjauan lapangan. Upaya penyusunan dokumen SOP pemanfaatan sarana perkeretaapian, yang dimaksud Suranto, segera dirilis setelah beberapa pondasi legal formal disesuaikan berdasarkan kebutuhan Balai. Karena beberapa tahun setelah pembangunan infrastruktur perawatan sarana perkeretaapian, Balai kemudian langsung menyentuh penyusunan prosedur kerja yang berkaitan dengan perawatan sarana perkeretaapian. Di sisi lain, sektor kerja terkait pemanfaatan sarana perkeretaapian telah digarap secara serius sejak setahun terakhir, baik dalam wujud kerja kerja promosi ke berbagai stakeholder maupun penyiapan struktur dan mekanisme kerja untuk pelaksanaannya nanti di lapangan. Pada kunjungan perdananya di Workshop Ngrombo, Suranto berkesempatan meninjau seluruh fasilitas workshop didampingi jajaran pimpinan Balai Perawatan Perkeretapian. Kegiatan tetap dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja, dengan mengenakan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD), dengan mengenakan helm dan rompi keselamatan. Sarana perkeretapian yang ada di Balai Perawatan Perkeretaapian dihampirinya satu per satu. Selama peliputan di lapangan, pejabat eselon dia di Kementerian Perhubungan tersebut menyempatkan untuk masuk ke dalam kereta inspeksi yang stabling di dalam gedung Workshop Ngrombo. Agenda kunjungan dan peninjauan di lapangan berjalan dengan baik, pada sarana yang ada di lingkungan workshop. Hampir semua sarana perkeretapian yang ada di Workshop Ngrombo dilihat Direktur Sarana Perkeretaapian. Di dalam area workshop Suranto masuk ke dalam fasilitas perawatan melihat fasilitas dan peralatan yang ada didalamnya. Terlihat sarana perkeretaapian berjajar di jalur stabling dalam gedung Workshop Ngrombo, sebut saja ada Multi Tie Tamper, Lokomotif Diesel Hidrolik CC 300, Kereta Ukur, Kereta Inspeksi, Gerbong Datar, dan Bridge Inspection Car (BIC). Sarana perkeretapian yang terakhir disebut menarik perhatian Direktur Sarana Perkeretaapian. Sempat berdiri di tepi BIC yang stabling di ujung jalur rel kedua Workshop Ngrombo, dan terlihat menanyakan beberapa hal kepada Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian. Mengakhiri kunjungannya, Direktur Sarana Perkeretaapian menyempatkan untuk foto bersama di depan Kereta Ukur berwarna khas kuning, yang berada didalam ruang tengah Workshop Balai Perawatan Perkeretaapian. Agenda kunjungan berlangsung kurang lebih selama tiga jam, rombongan tiba di lokasi Workshop Ngrombo pada pukul sembilan pagi langsung dari Jakarta, hingga bertolak sebelum pukul dua belas siang. (yogo) Grobogan – Direktur Sarana Perkeretaapian, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Suranto inginkan sistem pengelolaan Sarana Perkeretaapian Milik Negara (SMN) yang holistik, khususnya secara spesifik meliputi prosedur terkait mekanisme pemanfaatan SMN. Sistem yang tertulis dan diwujudkan dalam bentuk dokumen SOP (Standar Operasional Prosedur) dan turunannya. “SOP harus ada untuk mendukung pemanfaatan SMN, perhatikan integrasinya, sebab kondisi SMN juga harus dimonitor secara ketat, sehingga SMN dapat digunakan secara lebih optimal”, tegas Suranto. Pejabat yang berwenang atas Sarana Perkeretaapian Milik Negara tersebut, menyampaikan instruksinya ketika kunjungan dinas ke Balai Perawatan Perkeretaaapian, Grobogan, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/2023). Hadir bersama dengan pejabat teras di lingkungan Direktorat Sarana Perkeretaapian, Suranto disambut langsung oleh Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian, M Andi Hary Murty. Pada kesempatan itu, Suranto mengajak jajaran Balai Perawatan Perkeretaapian untuk menginisiasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang berada di bawah pengelolaan Balai agar lebih produktif dalam memberikan kontribusi kepada Negara. “Masalah aset ada dua, pertama aset sudah betul tercatat secara administrasi sebagai BMN, kedua bagaimana agar aset tersebut produktif, salah satu diantaranya bisa dikerjasamakan dengan pihak lain”, terang Suranto. Orang nomor satu di lingkungan Direktorat Sarana Perkeretaapian tersebut, datang bersama Kepala Subdit Kelaikan Wilayah II Catur Wicaksono, Kepala Seksi Pengadaan Sarana, salah seorang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) beserta staf dan jajaran. Pada forum diskusi, Suranto banyak menggali informasi tentang Balai Perawatan Perkeretaapian khusus perihal pengelolaan aset termasuk fasilitas workshop dan sarana perkeretaapian. Sembari bertukar pikiran, nampak upaya Direktur Sarana Perkeretaapian untuk menelisik potensi Balai Perawatan Perkeretaapian yang masih bisa dikembangkan, termasuk mengenai tugas dan fungsi di bidang pemanfaatan aset sektor perkeretaapian tersebut. Banyak pesan yang disampaikan Direktur Sarana Perkeretaapian dalam upaya untuk pemanfaatan aset BMN, kuncinya adalah harus menginventarisasi mekanisme kerja terkait hal tersebut, menjadi dokumen SOP sesuai porsi kebutuhan organisasi dan tujuan yang hendak dicapai. Berkali-kali Suranto menyebutkan terminologi SOP dalam pembicaraan di depan forum. Hal tersebut menunjukkan pentingnya dukungan dan adanya SOP dalam konteks Balai Perawatan Perkeretaapian kekinian. Sebagai informasi Balai Perawatan Perkeretaapian mengelola berbagai aset BMN yang meliputi fasilitas workshop perawatan sarana perkeretaapian, sejumlah unit sarana perkeretaapian, kemudian ada juga peralatan pendukung perawatan sarana perkeretaapian, dan potensi aset lainnya yang dapat mendatangkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Semua fasilitas Balai Perawatan Perkeretaapian telah dibangun untuk menunjang kinerja perawatan perkeretaapian. Dalam pengembangan sesuai master plan yang telah disusun, fasilitas Balai Perawatan Perkeretaapian Workshop Ngrombo akan didukung dengan tambahan fasilitas di beberapa titik di lokasi lain. Selain itu, dalam eksekusi pekerjaan pengelolaan sarana perkertaapian di lapangan harus dilakukan dengan baik, dilakukan dengan semangat perawatan secara optimal. Balai Perawatan Perkeretaapian harus memperhatikan faktor teknis yang berhubungan dengan sarana perkeretaapian yang siap operasi. Direktur Sarana Perkeretaapian menyinggung juga rencana Balai Perawatan Perkeretaapian mengelola Depo KRL Jebres Surakarta sebagai salah satu fasilitas aktif perawatan sarana perkeretaapian. Untuk itu Balai Perawatan Perkeretaapian dituntut untuk harus menggali potensi yang dimiliki berkaitan dengan pengelolaan layanan jasa perawatan sarana di sektor perkeretaapian. Melihat instruksi Direktur Sarana Perkeretaapian, Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian M Andi Hary Murty, menyampaikan beberapa upaya yang telah dilakukannya sebagai upaya merespon permintaan Direktur Sarana Perkeretaapian tersebut, satu diantaranya pihaknya telah melayangkan usulan perubahan atau penyempurnaan peraturan menteri yang berkaitan dengan struktur organisasi Balai Perawatan Perkeretaapian. “Tadi Bapak menyampaikan pentingnya penyusunan SOP khususnya tentang pemanfaatan SMN, bahwa Balai Perawatan Perkeretaapian telah mengusulkan ke Sesditjen Perkeretaapian untuk perubahan beberapa klausul tusi Balai, dan penyesuaian struktur organisasi khususnya di organ unit kerja seksi perawatan sektor perkeretaapian”, jelas Andi menanggapi arahan Direktur Sarana Perkeretaapian pada sesi diskusi di Aula Kantor Balai Perawatan Perkeretaapian sebelum pelaksanaan kegiatan peninjauan lapangan. Upaya penyusunan dokumen SOP pemanfaatan sarana perkeretaapian, yang dimaksud Suranto, segera dirilis setelah beberapa pondasi legal formal disesuaikan berdasarkan kebutuhan Balai. Karena beberapa tahun setelah pembangunan infrastruktur perawatan sarana perkeretaapian, Balai kemudian langsung menyentuh penyusunan prosedur kerja yang berkaitan dengan perawatan sarana perkeretaapian. Di sisi lain, sektor kerja terkait pemanfaatan sarana perkeretaapian telah digarap secara serius sejak setahun terakhir, baik dalam wujud kerja kerja promosi ke berbagai stakeholder maupun penyiapan struktur dan mekanisme kerja untuk pelaksanaannya nanti di lapangan. Pada kunjungan perdananya di Workshop Ngrombo, Suranto berkesempatan meninjau seluruh fasilitas workshop didampingi jajaran pimpinan Balai Perawatan Perkeretapian. Kegiatan tetap dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja, dengan mengenakan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD), dengan mengenakan helm dan rompi keselamatan. Sarana perkeretapian yang ada di Balai Perawatan Perkeretaapian dihampirinya satu per satu. Selama peliputan di lapangan, pejabat eselon dia di Kementerian Perhubungan tersebut menyempatkan untuk masuk ke dalam kereta inspeksi yang stabling di dalam gedung Workshop Ngrombo. Agenda kunjungan dan peninjauan di lapangan berjalan dengan baik, pada sarana yang ada di lingkungan workshop. Hampir semua sarana perkeretapian yang ada di Workshop Ngrombo dilihat Direktur Sarana Perkeretaapian. Di dalam area workshop Suranto masuk ke dalam fasilitas perawatan melihat fasilitas dan peralatan yang ada didalamnya. Terlihat sarana perkeretaapian berjajar di jalur stabling dalam gedung Workshop Ngrombo, sebut saja ada Multi Tie Tamper, Lokomotif Diesel Hidrolik CC 300, Kereta Ukur, Kereta Inspeksi, Gerbong Datar, dan Bridge Inspection Car (BIC). Sarana perkeretapian yang terakhir disebut menarik perhatian Direktur Sarana Perkeretaapian. Sempat berdiri di tepi BIC yang stabling di ujung jalur rel kedua Workshop Ngrombo, dan terlihat menanyakan beberapa hal kepada Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian. Mengakhiri kunjungannya, Direktur Sarana Perkeretaapian menyempatkan untuk foto bersama di depan Kereta Ukur berwarna khas kuning, yang berada didalam ruang tengah Workshop Balai Perawatan Perkeretaapian. Agenda kunjungan berlangsung kurang lebih selama tiga jam, rombongan tiba di lokasi Workshop Ngrombo pada pukul sembilan pagi langsung dari Jakarta, hingga bertolak sebelum pukul dua belas siang. (yogo)
Komentar
LOGIN UNTUK KOMENTAR Sign in with Google