Studi Pengoperasian Alat Ukur Kereta Ciremai

Grobogan – Belasan tim teknis menggelar studi alat ukur geometri rel kereta api. Tim teknis tersebut berasal dari beberapa lini kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Terdiri dari tim Balai Perawatan Perkeretaapian, tim Balai Pengujian Perkeretaapian, dan tim dari Direktorat Sarana Ditjen Perkeretaapian.

 

Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian (Baperka) M Andi Hary Murty membuka langsung agenda studi sharing knowledge pengoperasian alat ukur pada kereta ukur, didampingi Kepala Seksi Perawatan Berkala Udut Pangihutan Sinaga. Selain itu hadir serta sebagai narasumber dari PT INKA (Persero) dan PT Inka Multi Solusi Service.

 

Andi mengatakan agenda sharing knowledge sebagai upaya peningkatan mutu kinerja tim teknis Ditjen Perkerkeretaapian secara umum dan pemahaman tentang sarana perkeretaapian Balai Perawatan Perkeretaapian secara khusus.

 

“Pengetahuan tentang konsep alat pendukung perawatan prasarana perkeretaapian dalam hal ini Kereta Ukur, menjadi kebutuhan penting dalam rangka mendukung tugas Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Mengetahui konsep pengukuran pada alat ukur akan memberikan pertimbangan dasar dalam melakukan pengoperasian, monitoring, serta tugas perawatan secara benar dari standar yang jelas”, ungkap Andi.

 

Studi sarana perkeretaapian yang diinisiasi oleh Balai Perawatan Perkeretaapian dihelat di area workshop Ngrombo selama tiga hari dimulai pada Senin (4/4/2022). Mengambil tempat di Aula dan Gedung Workshop Ngrombo Balai Perawatan Perkeretaapian Grobogan, untuk sesi studi materi dan pembelajaran statis. Serta mengambil rute Stasiun Ngrombo ke Stasiun Brumbung pulang pergi, untuk simulasi lapangan atau pembelajaran dinamis.

 

Berdasarkan pantuan pada pelaksanaannya, kegiatan pada hari pertama meliputi kegiatan materi presentasi yang dibawakan PT INKA (Persero). Materi lebih kepada pemaparan komponen yang ada di dalam Kereta Ukur. Selain itu berisi tentang konsep penggunaan komponen alat ukur serta bagaimana alur mekanisme pengukuran dapat dilakukan.

 

Hari kedua peserta berada di gedung Workshop Ngrombo Balai Perawatan Perkeretaapian. Di sana, peserta melihat secara langsung Kereta Ukur yang stabling di area Workshop Ngrombo. Kereta Ukur yang menjadi obyek studi adalah Kereta Ukur Ciremai. Pada sesi ini, peserta diperlihatkan bentuk fisik beberapa komponen yang masuk ke dalam satu paket alat ukur Track Geomerty Measurement System (TGMS). Peserta melihat seperti apa wujud dimensi dari perangkat TGMS. Diantaranya perangkat sensor TGMS yang terpasang di badan bogie yang tidak berpenggerak, di bawah badan kereta dekat ruang kabin masinis pertama.

 

Pada Kereta Ukur Ciremai penampang perangkat sensor TGMS tertanam di dalam plat baja berwarna hijau sebagai pelindungnya, berbentuk seperti balok. Dari dalam plat tersebut alat dapat memancarkan sensor cahaya berwarna merah. Sensor TGMS menjadi alat utama dalam proses pengukuran geometri rel kereta api.

 

Setelah melihat perangkat yang terpasang di bagian luar Kereta, selanjutnya peserta bergeser masuk ke dalam ruang kabin kereta. Di dalam kereta, terdapat perangkat komputer yang tersusun pada rak besi setinggi ukuran orang dewasa normal. Perangkat tersebut disebut dengan Computer Rack. Sebagai sebuah sistem pengukuran rel kereta api modern, TGMS menggunakan perangkat komputer khusus, tidak seperti peralatan komputer kebanyakan. Komputer tersebut terhubung ke empat monitor yang berbeda. Serta memungkinkan menghubungkannya ke layar monitor berukuran lebih besar yang terpasang di ruang meeting pada bagian kabin yang berbeda.

 

Perangkat keras komputer tersebut, telah terpasang instalasi perangkat lunak yang memuat sepuluh tampilan yang bisa dimunculkan pada layar monitor. Sedangkan pada meja operator telah disediakan empat layar monitor yang terhubung ke Computer Rack. Setidaknya ada empat tampilan yang sering digunakan pada saat proses pengukuran berlangsung. Pertama tampilan Console, kedua untuk tampilan editor, ketiga tampilan Video Strip Chart (VSC), dan keempat tampilan Rail Profile Measurement System.

 

Hari kedua lebih banyak pada pengenalan fisik perangkat pada saat kondisi statis, dan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada perangkat.

 

Menyusul kemudian, pada hari ketiga, peserta dan tim narasumber bergerak dari Workshop Ngrombo menuju jalur penghubung ke jalur kereta api raya, untuk melaksanakan pembelajaran dinamis melalui praktek penggunaan alat ukur di jalur kereta api reguler. Jalur penghubung adalah tempat yang memisahkan antara jalur rel kereta api di Workshop Ngrombo dengan jalur kereta api raya yang ada di area Stasiun Ngrombo PT KAI (Persero).

 

Sesuai prosedur yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, sebelum masuk ke jalur penghubung, kendali Kereta Ukur diambil alih oleh dua orang masinis dari PT KAI (Persero) DAOP IV. Untuk menjamin keselamatan transportasi selama pelaksanaan praktek penggunaan alat pengukuran pada jalur kereta api aktif.

 

Kegiatan praktek mengambil rute jalur kereta api pulang pergi dari Stasiun Ngrombo menuju Stasiun Brumbung. Pada rute tersebut dibagi dua kali sesi praktek, sesi pertama untuk rute berangkat dan sesi kedua untuk rute kembali. Masing-masing sesi dan rute membutuhkan setidaknya tiga orang perwakilan peserta sebagai operator komputer TGMS, karena masing-masing mengoperasikan perangkat yang berbeda. Satu orang mengoperasikan alat FOCC di ruang kabin masinis. Sementara dua diantaranya mengoperasikan perangkat komputer melalui empat layar monitor yang disediakan. Dengan alat FOCC peserta mempraktekkan cara memantau jalur rel kereta api yang dilewati sarana, berdasarkan satuan tanda perlintasan, seperti patok up, patok down, wesel, jembatan, peron, dan tanda lainnya.

 

Pembelajaran dinamis berlangsung sepanjang kereta melaju sesuai rute yang ditentukan. Seluruh sensor pada alat ukur berfungsi efektif pada saat kereta melaju dengan standar jarak tempuh dan kecepatan yang ditentukan. Menurut narasumber dari PT INKA (Persero) Prasetya, pengukuran pada Kereta Ukur bersifat realtime delay. “Parameter ukur akan muncul dalam bentuk grafik garis mengikuti irama pengukuran, apa yang muncul pada grafik di tampilan monitor Video Strip Chart (VSC) ada jeda waktunya, dengan satuan jeda, yaitu waktu yang dibutuhkan kereta untuk melintasi 100 meter pertama jalur kereta api yang dilewati”, papar Prasetya.

 

Pada tampilan VSC, peserta dapat melihat ada sembilan parameter pengukuran. Parameter tersebut memuat informasi tentang kecepatan kereta, profile angkatan rel kereta secara vertikal sebelah kanan dan kiri, tingkat kerataan rel kereta secara horizonal sebelah kanan dan kiri, perbedaan ketinggian antara rel kanan dan kiri, derajat kelengkungan jalur rel kereta api, dan mengukur lokasi/jarak berdasarkan input data dari tachometer dan alat FOCC.

 

Selain itu, terdapat monitor yang menampilkan penampang Rail Profile Measurement System. Menunjukkan profil rel bagian kanan dan kiri. Profil rel yang ditampilkan berwujud penampang dua dimensi berbentuk garis yang membentuk penampang rel secara utuh. Setiap kereta berjalan, bentuk penampang akan mengikuti sensor dalam membaca bentuk rel. Ketika melewati lengkungan, penampang rel akan mengikuti kemiringan lengkungan. Alat akan mendeteksi ketika ada bagian rel yang rusak atau berbentuk tidak utuh, dengan tampilan rel yang tidak sesuai standar.

 

Sementara di ruang meeting, beberapa peserta dapat dengan leluasa memantau, hasil pengukuran yang diterima dari komputer melalui layar monitor yang lebih besar, sembari berdiskusi dengan narasumber PT INKA (Persero).

 

Pada sesi pembelajaran dinamis, Kereta Ukur diberangkatkan pukul 10.30 dari Stasiun Ngrombo dan tiba Stasiun Brumbung pada pukul 11.00. Sempat berhenti beberapa saat selama di Stasiun Brumbung, dan kembali ke Stasiun Ngrombo seperempat jam kemudian hingga sampai di tujuan pukul 12.10. Perjalanan kereta api selama praktek penggunaan alat pengukuran tersebut berlangsung dengan aman dan terkendali. Beberapa kali Kereta Ukur yang ditumpangi peserta berpapasan dengan kereta angkut yang melintas di jalur yang berbeda.

 

Sharing knowledge diikuti lebih kurang 20 orang peserta yang merupakan gabungan peserta dari tiga unit kerja di bawah Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. (yogo)

Share to:

Berita Terkait: