Menelusuri Sejarah dan Keindahan Kereta Putri Deli, Simbol Harmoni Tradisi dan Modernitas

MEDAN – Kereta Putri Deli adalah nama yang melekat pada dua ikon berbeda yang mencerminkan warisan budaya dan kemajuan transportasi di Sumatera Utara. Nama ini, yang memiliki akar sejarah dalam tradisi Kesultanan Deli, kini tidak hanya dikenal sebagai simbol transportasi tradisional berupa kereta kuda, tetapi juga sebagai moda transportasi kereta api modern yang melayani rute Medan–Tanjung Balai. Berikut adalah perpaduan menarik antara sejarah, budaya, dan modernitas dari nama "Kereta Putri Deli."

Nama "Kereta Putri Deli" memiliki keterkaitan erat dengan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan besar di Sumatera Utara yang berpusat di Medan. Pada masa kejayaannya, kereta kuda digunakan sebagai sarana transportasi bangsawan untuk keperluan adat, upacara kerajaan, dan perjalanan anggota kerajaan. Istilah "Putri Deli" merujuk pada sosok perempuan bangsawan di lingkungan Kesultanan Deli yang dikenal dengan keanggunan dan kecantikan mereka.

Dalam konteks kereta kuda, nama ini melambangkan simbol keanggunan dan kemegahan yang diwariskan sebagai bagian dari tradisi budaya lokal. Kini, meskipun kereta kuda telah jarang digunakan, nama "Kereta Putri Deli" tetap hidup dalam acara budaya dan perayaan adat di Medan sebagai simbol keanggunan dan penghormatan terhadap tradisi leluhur.

Di sisi lain, Kereta Putri Deli juga dikenal sebagai nama salah satu moda transportasi kereta api yang melayani rute Medan–Tanjung Balai di bawah pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Kereta ini menjadi pilihan populer bagi masyarakat lokal dan wisatawan karena fasilitas yang nyaman, harga tiket terjangkau, dan pemandangan memukau sepanjang perjalanan.

Kereta Putri Deli melayani rute sejauh 175 kilometer, menghubungkan Stasiun Medan dengan Stasiun Tanjung Balai dengan waktu tempuh rata-rata untuk perjalanan ini adalah sekitar 4 jam 30 menit. Beberapa stasiun penting yang dilalui antara lain:

1. Stasiun Medan: Titik keberangkatan utama yang merupakan pusat transportasi terbesar di Sumatera Utara.
2. Stasiun Perbaungan: Terletak di kawasan pedesaan yang asri dengan perkebunan kelapa sawit yang mendominasi lanskap.
3. Stasiun Tebing Tinggi: Kota ini dikenal dengan kuliner khas seperti lemang dan wajik.
4. Stasiun Kisaran: Sebuah kota yang memadukan suasana urban dengan keindahan alam.
5. Stasiun Tanjung Balai: Sebagai kota pelabuhan, Tanjung Balai terkenal dengan hasil laut yang melimpah.

Perjalanan dengan Kereta Putri Deli menyajikan beragam panorama khas Sumatera Utara, seperti:

• Hamparan sawah hijau di sekitar Tebing Tinggi yang memberikan nuansa tenang.
• Perkebunan kelapa sawit dan karet yang menjadi sektor unggulan wilayah ini.
• Jembatan megah yang melintasi sungai-sungai besar.
• Pedesaan dengan rumah tradisional dan aktivitas masyarakat lokal yang autentik.

Baik sebagai kereta kuda tradisional maupun kereta api modern, "Kereta Putri Deli" mencerminkan harmoni antara tradisi dan modernitas. Nama ini mengingatkan akan pentingnya menjaga identitas budaya lokal di tengah arus perubahan zaman. Sebagai simbol keanggunan, nama ini juga menjadi penghormatan terhadap peran perempuan dalam budaya Melayu Deli.

Kereta Putri Deli adalah lebih dari sekadar alat transportasi; ia merupakan cerminan sejarah, budaya, dan perkembangan zaman di Sumatera Utara. Dari simbol tradisional Kesultanan Deli hingga menjadi moda transportasi modern, nama ini terus hidup sebagai pengingat akan kekayaan tradisi dan warisan budaya yang patut dijaga serta dikenang oleh generasi mendatang. Dengan pemandangan yang memukau dan nilai filosofis yang mendalam, Kereta Putri Deli menjadi bukti bahwa warisan budaya dapat berdampingan harmonis dengan inovasi modern. (AI/ARH/MAD/RZ)