Jaga Aset Negara, BTP Padang Monitoring di Stasiun Batu Tabal-Stasiun Kacang

Padang—Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas II Padang melalui Satuan Pelayanan (Satpel) Sawahlunto melakukan monitoring pada dua stasiun non aktif yakni Stasiun Batu Tabal dan Stasiun Kacang sebagai bentuk penjagaan terhadap aset negara.

Dua stasiun yang masih berada di wilayah kerja Satpel Sawahlunto tersebut sebelumnya sempat juga ditemui tindakan pencurian bantalan besi dan rel kereta api, sehingga diperlukan monitoring secara berkala pada lokasi tersebut untuk meminimalisir tindakan pencuria aset negara.

 

Untuk diketahui, Stasiun Batu Tabal (BTL) yang berlokasi di Batipuh Selatan, Tanah datar tersebut merupakan stasiun kereta api non aktif kelas II yang berada pada ketinggian +370 m dan memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus.

Stasiun ini dulunya melayani persilangan dan penyusulan antar kereta api batu bara dari pertambangan batu bara Ombilin di Sawahlunto ke Pelabuhan Teluk Bayur dan sudah tidak aktif sejak awal tahun 2003 karena habisnya hasil tambang batu bara di Ombilin.

 

Sedangkan stasiun Kacang (KCN) juga termasuk stasiun non aktif kelas III/kecil yang berada di Kacang, X Koto Singkarak, Solok. Stasiun yang memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus ini dulunya memiliki fungsi yang sama dengan Stasiun Batu Tabal.

 

Dari pantauan BTP Padang, kedua stasiun tersebut masih tampak sama dengan keadaan saat monitoring terakhir yang dilakukan sebelumnya. Beberapa aset seperti rel dan bangunan juga tampak masih aman sehingga tak ditemukan tindakan pencurian dan mengrusakan aset negara di sana.

 

Selain melakukan monitoring di beberapa stasiun di wilayah kerjanya, Satpel Sawahlunto yang merupakan perpanjangan tangan dari BTP Padang yang memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap peningkatan, pengembangan, pemeliharaan, perawatan, dan pemanfaatan prasarana perkeretaapian di jalur non aktif tersebut juga secara berkala melakukan monitoring jalur menggunakan kendaraan khusus yang digunakan untuk me-monitoring jalur atau yang biasa disebut dengan ‘lori’ di beberapa titik yang jalurnya masih bisa dilalui lori tersebut. (RAH)

Share to:

Berita Terkait: