Tantangan Perkeretaapian di Sumatera Barat

Padang—Pembangunan jalur kereta api merupakan investasi yang cukup mahal pada saat pembangunan serta biaya operasional dan perawatan yang besar pula. Ini yang menyebabkan pembangun jalur kereta api di negara berkembang seperti di Indonesia sulit direalisasikan.

 

Terlepas dari besarnya biaya yang dikeluarkan tersebut, transportasi kereta api merupakan moda transportasi yang handal serta mampu menjadi primadona sebagai angkutan barang dan orang bahkan di seluruh dunia yang membuat transportasi ini spesial di antara moda lainnya. Hal ini dikarenakan daya angkut yang besar, mass transport, jarak tempuh, frekuensi, waktu perjalanan, keamanan, kenyamanan, reability dan penetrasi ke wilayah tertentu.

 

Sebagai prasarana transportasi, pembangunan jalur kereta api akan memberikan manfaat besar pada wilayah yang dilayani. Seperti, pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi, penghematan biaya transportasi dan beberapa manfaat lainnya.

 

Di Sumbar sendiri, selain biaya yang dikeluarkan cukup besar, tantangan lainnya bisa terlihat pada kondisi lintas yang masih sama seperti sebelumnya yang telah dibangun bertahun-tahun lalu sehingga menurunkan efisiensi perjalanan kereta api. Kemudian, tak dipungkiri masih banyaknyanya bangunan liar yang dibangun di atas jalur kereta api dan juga masih rendahnya tingkat kesadaran dan disiplin masyarakat terhadap keselamatan dan keamanan diri sendiri dan orang lain.

 

“Untuk melakukan peningkatan prasarana perkeretaapian, tentu tidak sebentar dan membutuhkan waktu dan sebagainya. Selain itu, peningkatan yang dilakukan tentu harusnya berbanding lurus dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga fasilitas yang ada,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dedi Humaidi dalam keterangannya.

 

Untuk mewujudkan kemajuan perkeretaapian di Sumbar menurutnya tak bisa dilakukan dan diserahkan pada satu pihak saja, melainkan adalah hasil kerja sama berbagai pihak termasuk masyarakat sendiri.

 

“Meskipun kereta api memiliki sejarah yang panjang di Sumbar, namun saat ini jalur kereta aktif lebih pendek dari jalur non aktif. Mungkin hal ini juga yang membuat masyarakatnya merasa masih ‘asing’ sehingga kehadiran kereta api masih dianggap sebagai ‘musuh’ manusia karena masih tingginya angka kecelakaan melibatkan kereta api di Sumbar,” lanjut dia.

 

Selain itu, beberapa tantangan teknis perkembangan perkeretaapian di Sumbar lainnya adalah topografi yang tidak merata karena sebagain wilayah Sumbar adalah bukit yang berbatu; infrastruktur yang terbatas; kondisi tanah yang rawan bencana longsor dan banjir; ketergantungan pada transportasi darat lainnya (belum terbiasa menggunakan kereta api untuk mobilitas sehari-hari); serta pembebasan lahan yang melibatkan tanah milik masyarakat dan masalah hukum. (RAH)

 

Humas Balai Teknik Perkeretaapian Padang

Share to:

Berita Terkait: