125 TAHUN JALUR KA LINTAS KALISAT-PANARUKAN, BTP JATIM BERSAMA IRPS PRESERVASI ASET PERKERETAAPIAN SINYAL STASIUN TAMANAN

Setelah hampir 18 tahun tak tersentuh, Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur yang berkolaborasi dengan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) menyelenggarakan preservasi atau pelestarian aset bersejarah perkeretaapian yang terletak di wilayah Tamanan, Bondowoso. Aset yang dipreservasi berupa alat peraga sinyal tebeng tipe Krian – yang hanya tersisa di sepanjang jalur non-aktif Kalisat-Panarukan. Kegiatan preservasi ini didukung oleh PT KAI Daop IX Jember, Komunitas Railfans Daop 9 (KRD9), Komunitas Dead Rail Hunter (DRH), dan warga RT 21 RW 05 Desa Wonosuko Singal.

Preservasi aset ini selain bertujuan untuk sarana edukasi, juga sebagai pengingat bahwa di lokasi tersebut pernah dilewati Kereta Api (KA) pada era keemasannya. Dengan di-preservasi kembalinya alat peraga sinyal tebeng tipe Krian tersebut, diharapkan agar benda tersebut tetap terjaga keasliannya seperti awal berdirinya pada tahun 1897 silam atau 125 tahun yang lalu.

Acara preservasi ini dihadiri langsung oleh Kepala Seksi Prasarana Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur Adjie Anggapermana, Ketua IRPS Ricky Dwi Agusti, dan Vice President (VP) PT KAI Daop IX Jember Broer Rizal. “Momen 125 tahun jalur KA Kalisat-Panarukan ini kami ingin jadikan hal yang memorable. Kami berterimakasih pula kepada warga setempat yang justru sangat mendukung kegiatan ini,” kata Adjie. Adjie juga menambahkan bahwa dengan adanya kegiatan ini, masyarakat terutama kaum milenial dapat mengetahui bahwa pernah ada KA yang melewati jalur tersebut. “Bagi para saksi sejarah, hal ini dapat menjadi nostalgia tersendiri,” imbuhnya.

Jalur KA Kalisat-Panarukan dibuka pada 1 Oktober 1897 oleh perusahaan perkeretaapian Hindia Belanda Staatsspoorwegen (SS). Pada awal berdirinya, jalur ini selain dipergunakan untuk penumpang, juga mengangkut angkutan barang. Jalur ini cukup unik karena terdapat beberapa persilangan dengan lori tebu, ditambah dengan semua stasiunnya menggunakan persinyalan tipe Krian, kecuali Stasiun Bondowoso dan Situbondo hingga menjelang akhir operasional di tahun 2004 silam. Dari seluruh sinyal tebeng tipe Krian yang ada, sekarang hanya tersisa tidak lebih dari 5 buah yang kondisinya masih utuh. Salah satunya berada di Stasiun Tamanan, Kabupaten Bondowoso.

Share to:

Berita Terkait: