Balai Pengujian Perkeretaapian melakukan benchmarking (studi tiru) ke Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) pada Senin (2/10). Dalam kegiatan itu, ada beberapa hal yang menjadi perhatian mereka. Antara lain pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU), penguatan kehumasan, serta pemanfaatan sarana prasarana perkeretapian.

Dalam kesempatan itu, Kasi Perawatan Sarana dan Prasarana BPKARSS Eben Torsa Tongam mengawali penjelasan dengan definisi BLU. “BLU secara sederhana diartikan bahwa instansi diberi kewenangan untuk memanfaatkan sarana, prasarana, dan aset untuk mencari pendapatan sendiri,” ungkapnya.

Dengan demikian, BLU berperan signifikan untuk mengurangi subsidi negara dari rupiah murni (RM) Kementerian Perhubungan. “Sejauh ini, kami sudah mendapatkan Rp. 16,7 M dari pengelolaan aset, periklanan, dan kerja sama dengan pihak ketiga,” ungkapnya.
Di bagian lain, BPKARSS juga memaksimalkan pendapatan lewat penumpang. “Oleh karena itu, divisi kehumasan memainkan peranan penting untuk terus menggenjot kemauan warga menaiki LRT,” kataEben.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pengujian Perkeretaapian Andreas Koesoemo Noegroho mengaku senang dengan penjelasan BPKARSS terkait pengelolaan BLU. “Kami memang membutuhkan masukan terkait penetapan tarif layanan pengujian, serta pemanfaatan aset,” ungkapnya. Andre menuturkan, di balai pengujian terdapat beberapa komponen yang bisa dijadikan pundi-pundi pendapatan. Antara lain pengujian SDM kereta, pengujian gerbong, atau pun lokomotif. Terakhir, dia mengaku cukup paham dengan pengelolaan kehumasan di BPKARS. “Kami nanti akan membuat konten yang menarik minat penumpang, promosi, dan pemasaran dengan cara yang halus,” tutur dia.

Andreas bersama rombongan Sub Bagian Tata Usaha Balai Pengujian Perkeretaapian melakukan benchmarking, dengan harapan bisa mengaplikasikannya selepas kembali ke Bekasi. “Kami nanti akan terus berhubungan dengan BPKARSS. Untuk strategi dan pengelolaan BLU ke depan,” ungkapnya.