• Jl.Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat 10110 - Indonesia

Pelajari Pembangunan Jalur Rel Layang KA, Siap Rawat Prasarana

Surakarta – Jalur rel layang (elevated railway) simpang joglo Surakarta pada tahap pembangunan dibawah pengawasan Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Semarang. Proses pembangunan prasana perkeretaapian tersebut dibagi secara terbuka kepada stakeholders perkeretaapian pada kegiatan Sharing Knowledge Pekerjaan Jembatan Pipa Baja Komposit Simpang Joglo Serta Implementasi Level Grade Of Automation (GoA).

Acara diselenggarakan di kota Surakarta pada Kamis (23/2/2023) untuk materi pemaparan, dan hari berikutnya dengan kunjungan lapangan di site project pembangunan.

Tim Balai Perawatan Perkeretaapian memanfaatkan agenda tersebut, untuk hadir langsung, mempelajari bagaimana kontruksi jalur rel layang dibangun.

Materi yang disampaikan menjadi salah satu inputan tim perawatan Baperka untuk memperkuat tata kelola perawatan prasarana di Balai Perawatan Perkeretaapian, untuk persiapan pengembangan lini kerja di bidang perawatan prasarana perkeretaapian.

Hari pertama menjadi agenda pemaparan materi dari para ahli di bidang teknik sipil. Ada empat sesi pemaparan. Sesi pertama diisi oleh Ir. Arvila Delitriana, MT, konsultan pembangunan dari PT Raya Konsult, dengan materi bahasan Perencanaan dalam Pekerjaan Jembatan Pipa Baja Komposit bentang 270 m pada Jalur KA Elevated Simpang Joglo.

Sesi kedua, dengan tema Pemenuhan Kontrol Kualitas dan Uji Beban dalam Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Pipa Baja Komposit bentang 270 m pada Jalur KA Elevated Simpang Joglo, disampaikan oleh Prof. Ir. Jamasri, Ph.D, guru besar Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sesi ketiga, membahas Pemenuhan Kontrol Kualitas dan Uji Beban dalam Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Pipa Baja Komposit bentang 270 m pada Jalur KA Elevated Simpang Joglo, dipaparkan langsung oleh kontraktor proyek pembangunan PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi, Joko Trisnanto, ST dan Danang Wibowo, ST. Dan sesi terakhir, pemateri PT Len Railways System, Ir. Zulham, S.T, IPM., ASEAN Eng, turut membahas mengenai Implementasi Level Grade of Automation (GoA).

Materi Knowledge Sharing yang digagas oleh BTP Semarang, menggambarkan secara lengkap tahapan pembangunan jembatan rel layang.

Sesi pertama menggabarkan proses kajian analisa teknik sipil, sebelum proyek dilaksanakan. Menurut narasumber Arvina, kontruksi yang digunakan adalah pipa baja dengan memperhatikan pembebanan struktur yang mengacu pada regulasi AREMA MRE 2021 dan regulasi terkait.

Lulusan Intitute Teknologi Bandung (ITB) itu menyatakan telah melakukan perhitungan berbagai aspek teknis pembebanan, beban mati, beban hidup, beban kejut, beban horizontal, meliputi beban lateral kereta, beban rem dan traksi, beban rel panjang longitudinal, selanjutnya ada beban angin, dan juga beban gempa, disertai juga faktor perubahan temperatur.

Konstruksi pipa baja pada bangunan di Indonesia belum pernah digunakan dipakai pada pembangunan jembatan. “Konstruksi pipa baja di luar negeri secara efektif digunakan dengan baik pada industri migas di kawasan offshore, melihat fungsi jembatan rel layang di palang joglo, memungkinkan menggunakan konstruksi pipa baja tersebut, tentu setelah melewati berbagai layer analisa hitung teknik sipil”, jelas Arvina.

Sebagai pimpinan tim, Alvina mengaku tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis demi keamanan bangunan, melainkan juga ada nilai estetik pada desain bangunan. “Bila dicermati, desain jembatan dapat digambarkan dalam bentuk separuh bagian dari pola batik kawung, sebagaimana karakter batik di kota Surakarta”, papar Arvina.

Secara umum terdapat dua kelompok hasil kajian teknik sipil terhadap bangunan, pertama struktur atas meliputi bagian pier termasuk pierhead struktur bangunan untuk menopang rangkaian pipa baja, dan kedua struktur bawah tentang penentuan kelas situs menggunakan stratigrafi untuk mengetahui profil kondisi tanah yang akan menjadi tumpuan bangunan. “Mengingat lingkungan sekitar yang merupakan kawasan pemukiman ramai, maka digunakan single pear untuk menopang kerangka jalan rel layang”, tutur Arvina.

Selain itu, panjang jembatan yang dibangun melebihi 100 meter, sehingga memerlukan penanganan khusus, salah satunya perlu dilakukan uji beban sebagai salah satu syarat memperoleh sertifikat laik fungsi. Ketentuan tersebut tertuang pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 41 Tahun 2015.

Berdasarkan ketentuan tersebut, uji beban dilakukan oleh Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan PUPR. Hal tersebut menjadi benang merah antara sesi materi kedua dengan pertama. Ketika sesi pertama menggambarkan hasil kajian, maka sesi materi kedua adalah proses selanjutnya yang harus dilakukan agar jembatan mendapatkan sertifikat laik fungsi.

Pengujian tersebut sebagaimana dijelaskan Prof. Jamasri, kontrol kualitas pekerjaan jembatan baja, meliputi diantaranya pengujian material dasar untuk mengecek bahan mekanik dan komposisi kimia didalamnya. Kemudian juga karena menggunakan kerangka baja, maka perlu mencermati detil pengelasan yang akan dilakukan, dengan bahasa Welding Procedure Specification (WPS) berdasarkan pedoman AWS D1.5, termasuk memeriksa menggunakan mekanisme Welder Qualification Test Record (WQTR) dan Welding Performance Qualification Record (WPQR) untuk personel keahlian pengelasan, sampai pada kontrol kualitas sambungan (NDT).

Setelah kajian dan pengujian, maka proses selanjutnya tergambar pada sesi ketiga, pada proses fabrikasi rangka baja jembatan yang dilakukan pada workshop PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi yang berada di Majalengka. Fasilitas tersebut bertanggung jawab pada proses pembentukan pipa baja menjadi beberapa bagian pokok, yang nantinya bagian-bagian tersebut akan diangkut menggunakan jalur darat dengan prosedur perlakukan yang ketat, hingga sampai pada lokasi site project palang Joglo Surakarta.

Pengelasan tidak hanya dilakukan di workshop Majalengka, melainkan juga dilakukan on the spot pada lokasi pembangunan, dimana dilakukan oleh ahli pengelasan yang tersertifikasi, dan dengan karakter pekerjaan pengelasan di ketinggian.

Proses fabrikasi menggunakan metode sesuai prosedur kerja pada konstruksi, disertai dengan prosedur emergency response plan (ERP) sebagai langkah mitigasi atas kejadian kecelakaan kerja di lapangan. Seluruh proses pengerjaan konstruksi tersebut dijelaskan secara rinci oleh tim PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi.

Materi terakhir pada sesi keempat masih berkaitan dengan prasarana perkeretaapian, yaitu bidang persinyalan. Jembatan rel layang yang dibangun dimungkinkan untuk pengembangan pada otomatisasi untuk pergerakan sarana kereta api yang melintas diatasnya. Secara konstruksi ruang pada bangunan jembatan bagian atas, masih memungkinkan untuk ditambahkan rangkaian LAA (Listrik Aliran Atas), sebagai bagian dari perangkat persinyalan yang mengarah pada otomatisasi kereta api kedepannya.

Mekanisme kerja otomatisasi transportasi perkeretaapian dijelaskan oleh tenaga ahli PT Len Railway System.

Hari pertama tim Baperka dan peserta banyak menyerap materi teori yang menjadi landasan pembangunan jembatan layang. Hari berikutnya tim Baperka berada di site project pembangunan jembatan layang tersebut. Sebelum rombongan dipersilahkan ke area pembangunan lebih dekat, tim kerja konstruksi memaparkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di sekitar lokasi pembangunan, sebagai bentuk upaya prefentif mencegah terjadinya kecelakan kerja di lapangan.

Seluruh peserta mengenakan rompi keselamatan dan helm standar proyek. Tak jauh dari tenda tempat berkumpul, peserta langsung dapat melihat konstruksi pier / tiang jembatan yang sudah berdiri hasil pekerjaan pengecoran. Disela antar pier di sebelah selatan, peserta dapat melihat bagian-bagian pipa baja yang akan menyusun bagian atas jembatan. Pipa baja dilapisi cat berwarna merah menyala untuk menunjukkan identitas jembatan nantinya. Perlakuan pada penampang pipa jembatan itu pun tidak sembarangan, terlihat ada garis pembatas yang tidak boleh dilewati oleh rombongan.

Peninjauan di site project bermanfaat bagi tim perawatan Baperka untuk memetakan bagaimana pola perawatan prasarana yang akan dikembangkan kedepannya, ketika jembatan tersebut sudah difungsikan dan aktif menjadi jalur operasional kereta api. Dengan mengetahui kerangka teknis jembatan, akan memudahkan tim perawatan menyesuaikan kebutuhan sesuai karakter prasarana yang dibangun, salah satunya jembatan dengan konstruksi pipa baja komposit seperti pada jalur rel layang di kawasan simpang joglo Surakarta. (yogo)

Share to:

Berita Terkait:

F