Pelatihan Service Excellent: Tingkatkan Kualitas Pelayanan Petugas Feeder LRT Sumatera Selatan
Palembang – Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalitas petugas pelayanan feeder LRT Sumatera Selatan, Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan mengadakan Pelatihan Service Excellent pada 29-31 Oktober 2024. Kegiatan ini berlangsung di Golden Sriwijaya Hotel, Palembang, dengan tujuan memberikan pemahaman mendalam mengenai pelayanan prima sebagai bagian tak terpisahkan dari pekerjaan sehari-hari petugas layanan transportasi publik.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dibuka langsung oleh Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan, Bapak Rode Paulus G.P. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kompetensi layanan prima (service excellent) sebagai modal utama dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan feeder LRT.
“Pelayanan adalah wajah dari sistem transportasi yang kita bangun. Jika petugas mampu memberikan pelayanan yang ramah, profesional, dan cepat tanggap, maka masyarakat akan lebih percaya dan nyaman menggunakan moda transportasi ini. Oleh karena itu, pelatihan ini diharapkan dapat membentuk petugas pelayanan yang handal dan berintegritas,” ungkap Rode Paulus.
Beliau didampingi oleh Kepala Seksi Pemanfaatan Sarana dan Prasarana, Bapak Aditya Yunianto, yang turut memberikan motivasi kepada peserta. Aditya menyampaikan bahwa keberhasilan pelayanan tidak hanya ditentukan oleh sistem yang baik tetapi juga oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang melayani masyarakat secara langsung.
Hari Pertama: Public Speaking untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pelatihan dimulai dengan materi tentang public speaking yang disampaikan oleh Ibu Wanny Ramdiastuti, seorang praktisi komunikasi publik. Dalam sesi ini, peserta diajarkan bagaimana berbicara dengan percaya diri, menarik perhatian, dan mampu menangani situasi sulit saat berhadapan dengan penumpang.
Wanny menekankan bahwa keterampilan berbicara yang baik dapat meningkatkan kepercayaan penumpang terhadap petugas pelayanan. Ia juga memberikan teknik-teknik praktis seperti penggunaan intonasi suara yang tepat, bahasa tubuh yang positif, serta cara menangani komplain dengan bijak.
“Sebagai garda terdepan, petugas harus mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan profesional. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pengalaman positif bagi penumpang,” ujar Wanny.
Peserta juga diajak untuk melakukan simulasi langsung, seperti mempraktikkan cara memberikan pengumuman dan menjawab pertanyaan penumpang. Simulasi ini mendapat respons antusias dari peserta yang merasa lebih percaya diri setelah sesi ini.
Hari Kedua: Memahami Bahasa Isyarat
Materi di hari kedua fokus pada pemahaman dan penggunaan bahasa isyarat. Materi ini disampaikan oleh dua narasumber, yaitu Bapak Iwan Oktarianto dan Faisal Fani. Sesi ini bertujuan untuk membekali petugas dengan kemampuan berkomunikasi dengan penumpang disabilitas, khususnya penyandang tuna rungu.
Iwan dan Faisal memberikan penjelasan mengenai pentingnya inklusivitas dalam pelayanan publik. Mereka mengajarkan dasar-dasar bahasa isyarat yang mudah dipahami dan relevan dengan situasi sehari-hari di transportasi umum. Peserta belajar mengenali alfabet isyarat, ungkapan-ungkapan dasar, hingga cara memberikan panduan arah menggunakan bahasa isyarat.
“Dengan memahami bahasa isyarat, petugas dapat memberikan pelayanan yang setara bagi semua penumpang, tanpa terkecuali. Ini adalah langkah konkret untuk menciptakan transportasi publik yang inklusif,” kata Iwan.
Pada akhir sesi, peserta mempraktikkan penggunaan bahasa isyarat dengan simulasi pelayanan penumpang. Latihan ini memberikan pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori ke dalam praktik.
Hari Ketiga: Service Excellent sebagai Pilar Utama Pelayanan
Pada hari terakhir, materi utama tentang service excellent disampaikan oleh Ibu Dely Febrij, S.Sos., C.T., seorang konsultan pelayanan profesional. Dely menjelaskan bahwa pelayanan prima tidak hanya soal memberikan solusi cepat, tetapi juga menciptakan pengalaman yang berkesan bagi penumpang.
Menurut Dely, ada tiga pilar utama dalam service excellent: sikap ramah, kompetensi profesional, dan kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan penumpang. Ia juga memberikan strategi menghadapi tantangan dalam pelayanan, seperti menangani keluhan dengan empati dan menyelesaikan konflik dengan solusi yang memuaskan.
“Petugas adalah ujung tombak layanan publik. Dengan memiliki sikap yang ramah dan kompetensi yang mumpuni, kepercayaan masyarakat terhadap feeder LRT akan meningkat, sehingga mendukung keberlanjutan layanan transportasi ini,” ujar Dely.
Sesi ini diakhiri dengan diskusi interaktif dan tanya jawab, di mana peserta berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi di lapangan. Dalam simulasi terakhir, peserta diminta untuk mempraktikkan berbagai skenario pelayanan, seperti menghadapi penumpang yang kehilangan barang atau memberikan arahan kepada penumpang disabilitas.
Hasil Pelatihan
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini mendapat respons positif dari para peserta. Mereka merasa lebih percaya diri dan terampil dalam memberikan pelayanan setelah mengikuti pelatihan. Salah satu peserta mengungkapkan bahwa pelatihan ini memberikan wawasan baru yang sangat bermanfaat untuk pekerjaannya sehari-hari.
“Pelatihan ini sangat membantu kami dalam memahami bagaimana melayani penumpang dengan lebih baik. Materi yang disampaikan sangat relevan dan mudah dipahami,” ujar salah satu peserta.
Pelatihan Service Excellent ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kualitas layanan transportasi publik yang lebih baik di Sumatera Selatan. Dengan meningkatkan kemampuan petugas feeder LRT, masyarakat diharapkan semakin percaya dan nyaman menggunakan layanan transportasi umum ini. Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi SDM melalui pelatihan-pelatihan serupa di masa depan.
Komentar
LOGIN UNTUK KOMENTAR Sign in with Google