• Jl.Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat 10110 - Indonesia

Kereta Ukur Ciremai Mulai Stabling di Workshop Balai Perawatan Perkeretaapian

 

GROBOGAN -- Tidak seperti biasanya, kereta dengan tampilan dominan warna kuning dan cat biru di atap serta tepi bawah kereta tampak di depan Stasiun Ngrombo, Grobogan, pada Kamis (25/03/2021) siang. Dimensi kereta yang berukuran 20 meter dan lebar 3 meter menambah kesan gagah dan mudah untuk menarik perhatian.

Pasalnya kehadiran Kereta Ukur bernomor SU 3 14 01 (Ciremai) termasuk pemandangan langka. Kelangkaan tersebut membuatnya istimewa ketika berada di sepur raya atau jalur rel kereta api umum, karena hanya dikeluarkan untuk keperluan khusus saja.

Kepala Stasiun Ngrombo kemudian turut mengawal Kereta Ukur Ciremai memasuki jalur rel Balai Perawatan Perkeretaapian. Setelah diserahterimakan kepada pejabat Balai Perawatan Perkeretaapian, kereta lantas dilintaskan di atas jalur rel nomor empat memasuki area bangunan Workshop Balai Perawatan Perkeretaapian.

Kereta Ukur Ciremai selama ini stabling di Stasiun Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. Sejak seluruh jalur kereta dari sepur raya Stasiun Ngrombo menuju ke workshop Balai Perawatan Perkeretaapian sudah bisa dioperasikan pada akhir tahun 2020, kedatangan kereta dengan kategori peralatan khusus tersebut menambah daftar sarana perkeretapian milik negara yang stabling di Balai Perawatan Perkeretaapian.  

Pemindahan Kereta dari Stasiun Jatibarang ke Balai Perawatan Perkeretaapian di Grobogan, Jawa Tengah, efektif dilakukan selama lima jam. Kereta diberangkatkan dari Stasiun Jatibarang pada pukul 09.17 WIB, melaju dengan kecepatan lintas bervariasi antara 50-100 km/jam, melewati beberapa stasiun kereta api jalur utara.

Sempat singgah di Stasiun Semarang Poncol pukul 12.47 WIB untuk pergantian masinis dan tiba di Stasiun Ngrombo pukul 13.57 WIB.  Menurut masinis Stasiun Semarang Poncol Mahasfin, perjalanan Kereta sejak dari Stasiun Jatibarang menuju pemberhentian terakhir di Stasiun Ngrombo berjalan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan.

Sejak selesai diproduksi oleh PT INKA tahun 2014, Kereta Ukur Ciremai telah berjasa melayani pengukuran jalur kereta api di area pulau jawa. Tahun 2017 dipindahkan semula dari lokasi stabling PT INKA Madiun bergeser ke Stasiun Jatibarang. 

Kereta Ukur Ciremai merupakan sarana perkeretaapian yang tidak digunakan untuk angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus, seperti halnya kereta inspeksi, kereta penolong, kereta derek, dan kereta pemeliharaan jalan rel.

Sekilas, fungsi kereta ini cukup jelas saat membaca tulisan di badan kereta yaitu: ”Kereta Ukur” dengan logo kementerian perhubungan di hidung dan samping depan kereta, dan disematkan identitas Ditjen Perkeretaapian serta nama “Ciremai”.

Akan tetapi, kereta buatan anak bangsa itu bukan untuk mengukur panjang rel KA, melainkan untuk mengukur kelayakan rel, serta merupakan sarana perkeretaapian milik negara yang dimiliki dan dikelola oleh negara melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.

Kereta Ukur dalam kegunaannya berfungsi untuk menghitung parameter geometris lintasan kereta api. Menurut penjelasan Teknisi Leadership PT INKA Multi Solusi Service Tri Anang yang menangani sarana kereta api tersebut, parameter geometri yang dihitung adalah untuk menentukan posisi kelengkungan, kesejajaran batang rel, kelandaian, peninggian jalan serta parameter jalan rel lainnya.

Pengukuran dilakukan melalui sensor yang terletak di bagian bawah kereta saat berjalan dengan kecepatan yang ditentukan pada saat pengukuran dengan menyesuaikan kondisi jalur rel yang diukur. Data dari sensor itu kemudian dikonversikan dalam bentuk grafik yang diolah komputer dengan perangkat lunak khusus.  Seluruh data grafik itu kemudian dikonversikan lagi ke dalam nilai-nilai yang disebut track quality index.

”Dari nilai itu akan diketahui rel mana yang kondisinya layak dan titik-titik mana yang memerlukan perbaikan,” jelas Tri.

Guna kepentingan pendokumentasian dan pencocokan data, kereta ukur juga dilengkapi kamera pemantau CCTV di bagian depan, guna merekam jalur yang dilintasi.

Pengukuran tersebut dilatarbelakangi kondisi rel yang dapat berubah dari bentuk idealnya, atau mengalami cacat karena kerusakan material dan faktor cuaca. Kerusakan material dapat bersumber dari pecahnya bantalan rel yang terbuat dari kayu, besi, atau beton yang berpotensi mengubah lebar rel.

Di sampaing itu, ada faktor cuaca panas ekstrem yang bisa membuat rel memuai melebihi jarak yang telah diberikan di tiap sambungan. Hal itu akan membuat rel saling bertumburan dan akhirnya melengkung. Kondisi seperti itu merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan perjalanan KA karena dapat membuat tergelincir, selip, anjlok, hingga terguling.

Humas Balai Perawatan Perkeretaapian
info@balaiperawatan.id

Share to:

Berita Terkait: