SIAP BEROPERASI BULAN JULI 2022, KABAR TERKINI ELEKTRIFIKASI JALUR KRL SOLO BALAPAN-PALUR
Solo – Pengembangan jalur kereta api di berbagai wilayah Indonesia terus dilakukan. Salah satunya adalah elektrifikasi jalur kereta api pada lintas Selatan Jawa. Elektrifikasi jalur merupakan upaya Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam meningkatkan pelayanan, utamanya di Jawa Tengah dan DIY. Hadirnya KRL Jogja-Solo menjadi sebuah solusi yang nyata dalam mengurangi kemacetan yang sering terjadi di beberapa wilayah, termasuk di Simpang Joglo.
Jumlah frekuensi perjalanan KRL Jogja-Solo adalah 20 perjalanan pada hari biasa dan 24 perjalanan pada akhir pekan. KRL Jogja-Solo dapat mengangkut penumpang rata-rata sebanyak 11.815 penumpang/hari di tahun 2022 dan total penumpang yang terangkut mencapai total 3.153.475 penumpang sejak Februari 2021. Hal ini merupakan bukti besarnya minat masyarakat akan transportasi publik. Untuk dapat terus menyediakan layanan transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau, maka pemerintah wajib untuk terus melakukan pengembangan terhadap moda transportasi perkeretaapian. Kepala Balai Perkeretaapian Jawa Bagian Tengah Putu Sumarjaya menyampaikan, “Perpanjangan elektrifikasi jalur KRL hingga Palur diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan KRL Jogja-Solo. Sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal pada penumpang.”
Mulanya, KRL Jogja-Solo hanya beroperasi dari Stasiun Yogyakarta hingga Stasiun Solo Balapan. Kemudian pengembangan elektrifikasi jalur hingga Palur sepanjang 6,2 km direncanakan (2,086 km menuju Stasiun Solo Jebres dan 4,150 km menuju Stasiun Palur). Pada 2020, konstruksi mulai dilakukan dan hingga tahun 2022 progres fisik yang tercapai sudah sebanyak 84,33%. Jalur ini diharapkan dapat dioperasikan pada Minggu pertama bulan Juli 2022.
“Pembangunan elektrifikasi terdiri dari beberapa pekerjaan, yaitu pembangunan listrik aliran atas (LAA) dan gardu, penataan track layout, dan pembangunan depo KRL. Masing-masing pekerjaan sudah hampir selesai. Pembangunan LAA dan Gardu sudah mencapai 96,39%, Penataan Track Layout sudah mencapai 84,20%, dan Pembangunan Depo KRL sudah mencapai 72,20%,” jelas Putu. Pengembangan elektrifikasi jalur ini tentu saja memerlukan dana yang tidak sedikit. Nilai investasi dalam perpanjangan jalur elektrifikasi ini sebesar Rp. 349.500.000.000. Memang bukan nilai yang kecil. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Perkeretaapian melalui Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah berusaha untuk menyelesaikan pembangunan ini sebaik mungkin agar dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat.
Putu menambahkan jika ada beberapa manfaat yang akan dapat dirasakan masyarakat dengan dibangunnya elektrifikasi jalur hingga Palur, yaitu mempersingkat waktu tempuh, lokasi yang strategis, dan optimalisasi pelayanan. Elektrifikasi jalur diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh dibandingkan moda transportasi lain, yaitu dari semula 17 menit menjadi 10 menit. Lokasi yang berada di perbatasan Surakarta dan Karanganyar membuat lokasi tersebut dapat mudah dijangkau oleh calon penumpang yang berasal dari beberapa daerah seperti Sragen, Karanganyar, dan Solo Bagian Timur. Selain itu, dengan meningkatnya aksesibilitas serta luasnya pelayanan yang disediakan, akan menjadi nilai tambah dalam mendukung mobilisasi penumpang KRL Jogja-Solo.
“Selain fokus pada pembangunan elektrifikasi jalur, beberapa upaya integrasi antarmoda telah dilakukan untuk memberikan kemudahan dalam bermobilisasi pada masyarakat dengan menggunakan angkutan massal di Jogja-Solo, diantaranya yaitu, Jembatan penghubung/Sky bridge sepanjang 630 meter yang menghubungkan Stasiun Solo dengan Terminal Bus Tirtonadi, Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jogja yang terintegrasi pelayanannya di Stasiun Yogyakarta, BRT Bus Solo Trans (BST) yang terhubung dengan Stasiun Purwosari, dan integrasi layanan KRL Yogyakarta-Solo dengan KA Perintis Purwosari-Wonogiri dan KA Bandara Internasional Adi Sumarmo.” pungkas Putu. (PHP)
Komentar
LOGIN UNTUK KOMENTAR Sign in with Google